Dimensi Ruang dan Waktu
Ke
luar dari zona nyaman itu memang sulit ya dalam hidup. Di mulai dari
pergi ke suatu tempat baru, persiapan dan proses kepergian
itu kita selalu bertanya-tanya dan berpikir seperti apa tempat yang bakal kita
kunjungi. Kesulitan-kesulitan apa sih yang bakal kita hadapi ketika kita pergi,
baik itu kita akan tinggal atau hanya kunjungan sementara. Prasangka emang udah
jadi naluri manusia ya, layaknya tiap orang punya “bias” masing-masing.
Setelah
sampai di tempat yang kita tuju, kadang bisa aja tiba-tiba sakit kepala atau
terkena demam hahaha. Ini bagian terabsurd dari sebuah perjalanan sih karena
setelah perjalanan yang lumayan memakan waktu dan tenaga biasanya kan badan
harus menyesuaikan. Makannya di tiap-tiap pergi selalu ada persyaratan, “bawa
obat-obatan pribadi”. Buat aku sendiri yang suka sering sakit kepala dan demam
tiba-tiba kayaknya ini bagian krusial. Untuk kalian yang merasa tidak mau
tergantung dengan obat, mungkin Tolak Angin adalah pilihan yang paling
sederhana yang bener-bener bisa kita lakukan dan mencoba untuk tidur adalah
pilihan terbaik.
Setelah melewati bagian pendahuluan dan pengenalan sebuah tempat, maka akan
terjadi banyak hal di situ. Entah mulai dari pergi ke tempat-tempat yang sudah
kalian tulis di “wishlist” ataupun yang secara acak kalian cari di internet dan
langsung cuss. Di fase ini, hidup bisa memberikan berbagai macam
hidangan. Ketika sudah mulai nyaman dan menemukan zona nyaman yang lain,
rasanya luar biasa gak sih. Ibaratnya kamu meninggalkan zona nyamanmu untuk
zona nyaman yang lain. Dibalik zona nyaman tercipta juga banyak orang-orang yang
berkesan sepanjang perjalanan, dan perjalanan bisa mengajarkan kita hal-hal
untuk lebih bersyukur. Bepergian juga memperlihatkan kita kehidupan di sisi
yang lain.
Sadar
atau tidak sadar setiap hari kita jadi mengukir kenangan. Apa yang sebenarnya
membuat kenangan? Adakah beberapa takaran agar kita bisa menyebutkan kenangan
atau bagaimana kita berpikir bahwa kenangan baik atau kenangan buruk?
Akhir
kata, bagaimana kita memaknai sebuah tempat dari kenangan-kenangan yang kita
buat dan lewati. Bisa jadi kita rindu akan ruang dan waktu, bukan cuma soal
ruang. Apalah arti ruang apabila yang diharapkan ada, namun tidak ada dalam ruang yang
sama. Padahal waktu terus berjalan dan ruang tidak kemana-mana tapi manusia seperti waktu, terus berjalan.
Jatinangor,
9 Juli 2019
Komentar
Posting Komentar