Kisah Wanita Muda
Minggu
pagi; setiap orang nyaman untuk tetap tinggal di rumah, menikmati hari libur
mereka sebelum kembali untuk bekerja Senin nanti. Di negara ini orang bekerja
dari hari Senin hingga Sabtu. Gaji perempuan lebih rendah dari laki-laki. Di
negara ini pula hanya ada dua musim yang tak akan pernah tanggung. Apabila
tidak panas sekali, maka dingin sekali. Panas sekali sampai kau bisa terkena
“sunburn” dan dingin sekali sampai kau perlu sekiranya tiga lapis pakaian untuk
tetap hangat ketika keluar. Orang-orang bebas memilih agama dan kepercayaan
mereka. Satu sama lain saling menghargai dan tak peduli, tak ada interaksi
sosial tanpa tujuan yang jelas. Obrolan basa basi sama sekali tak ada nilainya
dan hanya orang-orang tidak berpendidikan yang melakukan hal tersebut.
Kembali
di situasi ini; diriku. Lulusan S1 teknik bangunan. Tentu saja alasanku memilih
jurusan ini untuk akhirnya bekerja sebagai sekretaris di firma yang terkenal
seantero negeri bahkan dunia. Aku benar-benar serius. Firma ini tertua dan yang
pertama yang berhasil menembus pasar internasional. Seperti yang sudah
kukatakan, gaji laki-laki akan selalu lebih besar daripada perempuan. Apapun
pekerjaannya dan seberat apapun itu. Bukan suatu perkara yang mengejutkan
apabila dengan keadaan seperti ini laki-laki menikahi dua wanita sekaligus.
Wanita tidak perlu repot-repot untuk bekerja karena pada akhirnya hasilnya juga
tetap lebih tinggi dari kaum laki-laki. Menikah dengan hanya satu mempelai
wanita adalah hal yang memalukan disini. Orang-orang akan mengucilkan lelaki
beristri satu.
Pernah
suatu saat aku pergi ke luar negeri untuk perjalanan bisnis selama satu minggu
dua hari. Malam itu setelah selesai rapat, aku memutuskan untuk pertama kalinya
dalam hidup merasakan kenikmatan “marijuana”. Ketika aku sampai di ambang pintu
tempat itu, seseorang berkata sambil menatapku dengan jijik, “wanita jelek”.
Aku yang tinggi semampai, berkulit cokelat, bibir tipis merah muda dan berambut
panjang, semua pria di negaraku bahkan tergila-gila padaku hanya dengan
pandangan pertama. Lalu apa definisi cantik di negara ini? Perempuan yang
pendek, berkulit putih pucat seperti jenazah dan tidak berambut? Sungguh aku
tak habis pikir. Sebelum aku tenggelam dalam pikiranku, seorang pria
memanggilku, “hai Nona. Kau bisa duduk di sampingku kalau kau mau.” Kemudian
aku berjalan pelan-pelan dan duduk di sampingnya. Setelah berbincang sekitar
satu jam, aku mendengar satu kata yang tak pernah kudengar sebelumya.
“Nona,
apabila gaji laki-laki lebih tinggi daripada gaji perempuan seberat apapun
pekerjaannya, maka adalah sebuah diskriminasi.” Aku tak pernah sekalipun dalam
hidupku mendengar kata itu. Mengapa ada diskriminasi di negaraku sedangkan tidak
di negara ini? Apakah tak ada kata diskriminasi dalam kamus di negaraku? Banyak
yang kupelajari dari negara ini hanya dalam beberapa hari. Perjalanan penuh
keilhaman. Di negaraku, keluar negeri ialah liburan untuk orang-orang berduit.
Harga membuat paspor sama dengan harga membeli baju paling layak untuk dipakai
dan bisa bertahan sekitar lima tahun. Terkadang memang tidak masuk akal.
Semakin aku jauh melangkahkan kaki di dunia ini, banyak hal-hal baru pula yang
tak waras kutemui. Seperti begitu banyak hal yang tak tertulis dalam hidup
manusia namun benar adanya, dan sekembalinya aku ke negaraku, kemudian aku akan
menikah dengan lebih dari satu lelaki.
Cerita pendek ini saya dedikasikan untuk Mister Helman, seorang WN Amerika yang baik hati dan kami berdiskusi banyak hal juga tentang ini. Terima kasih telah menjadi seseorang yang menginspirasi.
Salam,
Vita
Komentar
Posting Komentar