Tentang Belajar dan Pendidikan di Indonesia

Baru aja aku baca berita yang isinya tentang Singapura menghapuskan sistem rangking di sekolah. Selain beberapa artikel yang aku baca, ada juga salah satu video terkait berita tersebut. Dalam video itu tertulis,

"learning is not a competition. It's a progress." (Belajar bukanlah sebuah kompetisi. Belajar ialah tentang progres)

Kalimat di atas sangat relatable (berhubungan) dengan kondisi yang aku pahami sekarang ini setelah bertahun-tahun belajar di Indonesia dan lebih senangnya bisa mendapatkan pengalaman jadi exchange student ke beberapa negara maju. Aku rasa mindset  yang perlu diubah dalam dunia pendidikan di Indonesia ya kaya gitu, bahwa belajar bukanlah sebuah kompetisi. Murid-murid di Indonesia ternyata beberapa dari mereka juga udah lelah dibilangin, "kamu itu harus jujur, dunia butuh orang yang jujur bukan orang yang pintar, kejujuran itu mahal harganya." Sebenernya mereka itu lelah karena ketika mereka jujur, seringnya dapet nilai yang jelek, padahal menurutku bukan cuma kejujuran yang mereka latih namun pembelajaran buat diri mereka sendiri.

Now, apa sih sebenernya yang aku dapetin dari belajar di Indonesia? First of all, aku bersyukur bisa dapet akses edukasi sampai kuliah. Walau sebenernya aku merasa bahwa aku murid yang biasa-biasa aja, but I'm totally grateful anyway.

Belajar dari pengalamanku yang di SMA dapet berbagai mata pelajaran yang aku sendiri dulu gak paham banget apa sih gunanya di kehidupanku, sekarang aku baru sadar kalau ilmu tidak ada yang sia-sia. Aku sadar akan hal ini setelah betahun-tahun lamanya, jadi aku sekarang bener-bener menghargai orang yang ngasih aku ilmu, kaya guru, dosen, bahkan orang tua sekalipun. Cara bertahan hidup itu juga ilmu, kan?

Kemudian di kuliah. Aku kuliah pendidikan bahasa Jerman tapi selain mata kuliah pendidikan, aku juga dapet mata kuliah yang namanya "DSV" atau "Deutsch fuer spezielle Verwendung" atau lebih gampanya "Turisme". Di mata kuliah ini, mahasiswa diwajibkan untuk magang di salah satu tempat wisata. Terserah kamu bisa jadi tour guide, atau di bagian administrasi wisata tersebut, intinya magang selama dua bulan di ranah pariwisata.

Orang-orang banyak yang heran, sebenernya aku ini kuliah apa sih, kok ngajar harus pariwisata harus, semuanya harus gitu. Jangankan orang lain, aku sendiri aja bingung. Apakah harus banget sistem pendidikan di tingkat universitas harus serumit ini? Belajar ini itu.

Kembali lagi, ilmu tak akan pernah sia-sia. Dari situ aku dapet pelajaran kalau ternyata kerja itu gak enak. Aku langsung kebayang sama orangtua yang udah kerja bertahun-tahun kemudian uangnya dihabisin sama anaknya buat sekolah. Ternyata dari sekolah dan dapet pendidikan aku bener-bener jadi "manusia yang berpikir".

Walaupun terkadang belajar itu membosankan, apalagi kalau lingkungan di sekitarmu tidak mendukung buat kamu maju, gak supportive, well saranku lebih baik kamu cari pergaulan yang membuatmu semangat untuk terus jadi orang yang berpikir. Carilah teman-teman menurutmu satu pemikiran sama kamu, misal kamu suka debat pake bahasa asing, atau cari klub buku, atau apapun itu yang buat hidup kamu jadi seru.

Bertahun-tahun tinggal di Indonesia, berkewarganegaraan Indonesia dan bersekolah di Indonesia, bukan rangking yang aku butuhkan. Tentang pendidikan dan pembelajaran yang aku dapatkan bukan hanya dari segi teori atau praktik, tapi proses-progres untuk mengenal diriku sendiri dan mengenal dunia. Then again, bukan cuma thumbs up kepada semua pendidik di Indonesia, dimanapun kalian berada. Teruslah semangat bekerja, antarkan kami dan bantu kami menjadi manusia-manusia yang berpikir.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk Wanita Penuh Kejutan

Membuat Visa AuPair di Kedutaan Jerman Jakarta (2020)

Tentang Ujian ZiDS (ZiDS Prüfung)