Lifetime Education

Frau Vita, apakah orang Jerman bernyanyi lagu kebangsaan setiap pagi sebelum memulai pelajaran?
Frau Vita, di Jerman ada upacara bendera, gak?
Frau Vita, Telkomsel di Jerman ada sinyal gak?
Dan sederet pertanyaan lain.
Frau adalah panggilan yang berarti Ibu dalam bahasa Jerman. Iya, mahasiswa PPL harus dipanggil “Ibu”, suka atau tidak suka. Selama dua bulan gue menjalani PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) atau simple nya ngajar di sekolah, gue seakan tersadarkan rasanya jadi guru yang punya kewajiban besar apalagi menyangkut pendidikan.

Permulaan itu memang selalu berat. Wajar sih. Lo harus memperhatikan penampilan lo sendiri terus metode ngajar gimana yang mau lo terapkan. Apalagi mengajar di sekolah, risikonya adalah terikat dengan aturan yang formal. Walaupun sebenernya buat mahasiswa bahasa asing kaya gue, dipanggil nama aja gak masalah. Tapi buat mereka pasti canggung sih dan terkesan tidak sopan apalagi tidak menghargai.

Buat gue, pengalaman mengajar ini luar biasa banget. Terlebih lagi, gue PPL di Kutoarjo tepatnya di SMA Negeri 2 Purworejo. Ya pastinya ada saat dimana gue enjoy ngajar, ada saat dimana gue juga depresi gimana caranya biar mereka memperhatikan pelajaran dan mau bertanya, mau berpikir apalagi menumbuhkan rasa ingin tahu. Gue ngerasa banget sih kalo pembelajaran yang selama ini mereka terima adalah disuapin, jadi mereka gak makan sendiri dan ketika gue mencoba buat ngasih tau mereka caranya makan, katakanlah udah gue kasih sumpit, tapi mereka diem aja dan bahkan gak ada rasa penasaran pengin nanya gimana cara pakai sumpit biar itu makanan bisa mereka makan.
Then again, experience is the best teacher.
Gue emang bukan seorang guru atau calon guru yang keren, karena guru yang keren sesungguhnya adalah pengalaman-pengalaman kita. Dari pengalaman itulah yang bisa bikin kita berpikir dan sadar. Ketika gue di Berlin, setiap hari gue penasaran kaya apa sih murid-murid gue nanti dan bagaimana reaksi mereka belajar bahasa Jerman.

Tentu gak semuanya bisa bahasa Jerman dan gue juga ga bisa menuntut mereka buat paham terus di pelajaran ini. Kan murid beda-beda, gue perhatiin juga murid gue yang ga terlalu bisa bahasa Jerman, dia ternyata pinter gambar ada juga yang pinter main futsal.

Gue menyadari, ternyata bukan cuma mereka yang belajar tapi gue justru banyak belajar. Dari murid-murid gue, dari sekolah ini, dari cara ngajar gue. Semua itu bener-bener pengalaman berharga dan jadi koreksi diri gue kedepannya. Disitu gue sadar kalau hidup adalah sebuah proses pengumpulan pengalaman dan pendidikan yang panjang hingga akhir hayat.


Purworejo, 7 November 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk Wanita Penuh Kejutan

Membuat Visa AuPair di Kedutaan Jerman Jakarta (2020)

Tentang Ujian ZiDS (ZiDS Prüfung)